Jumat, 29 Juni 2012

Super Junior Rilis Album ke 6

Annyeong~
apa kabarnya readers sekalian ^^
alhamdulillah ya bisa kembali lagi berakifitas di blog ini setelah disibukkan dengan ujian-ujian untuk menuju tingkat yang lebih tinggi.
ah ya, kali ini author mau share tentang Super Junior yang kabarnya akan merilis album keenam mereka yang berjudul "Sexy, Free, and Single". yap, beberapa hari ini telah dikeluarkan photo-photo teaser para memberdeul nih yang makin keren dengan dandanan ala dewa-dewa Yunani kuno!!!
nah, ini dia nama + picture dari member SJ. yuk intip ^_~

Sang leader Park Jung Soo alias Leeteuk as Dewa Zeus yaitu Ayah dari para dewa
then Kim Jong Woon alias Yesung as Demeter yaitu Dewi pertanian *kasian yah oppa jadi cewe -.-


Si Pinky boy alias Lee Sungmin as Venus yaitu Dewi Cinta *cucok kok! ^_^V peace


Kudanya SJ alias Choi Siwon as Apollo yaitu Dewa Matahari


Uri Fish alias Lee Donghae as Artemis yaitu Dewi Musik


Kim Dong Woon alias Kangin as Hades yaitu Dewa pengusa dunia bawah


Shin Dong hee alias Shindong as Poseidon yaitu Dewa Laut


Dancer Machine Lee Hyuk Jae alias Eunhyuk as Athena yaitu Dewa Perang


Eternal Magnae alias Kim Ryeowook as Hephaetus yaitu Dewa Api


Gaemkyu alias Cho Kyuhyun as Prince Hades yaitu Dewa Kepopuleran *Waooo
Gak cuma itu... Suju yang akrab di panggil oppa oleh ELF (fans SJ) yang lebih muda darinya ini telah meliris Teaser MV nya yang berdurasi 23 detik. Bisa dilihat di youtube kok.

Boy band yang beragensikan SMent ini merilis tracklist (daftar lagu) album ini. Nantinya akan terdapat 10 lagu yang disajikan dalam berbagai genre seperti Dance, R&B, dan Ballad. Sexy, Free & Single lagu R&B dengan musik Soulfulhouse yang liriknya mudah diingat dan menyenangkan serta mengisahkan kesuksesan lelaki Sexy, Free, & Single. (* >.< waiting for this). 
Berbahagialah bagi para ELF, karena SJ menyiptakan lagu 'From U' untuk para ELF (*Gomawoyo Oppa ^^). Gulliver adalah lagu yang ditulis oleh eunhyuk oppa dengan Rap Leeteuk, Shindong, Donghae dan Eunhyuk di iringi vokal Ryeowook akan memperlihatkan pesonanya lewat lagu lucu ini. Sedangkan Someday adalah hasil remake dari lagu yang dinnyanyikan oleh Lee Sang Eun.
Mereka tak lupa akan musim panas dengan membawakan lagu 'NOW'. kemudian 'Rockstar' menampilkan karisma seorang rocker *waw
lagu lainnya BitterSweet yang akan dilantunkan K.R.Y. (kyuhyun, Ryeowook, Yesung) + Sungmin yang akan menyentuh perasaan pendengarnya dengan vokal emosional mereka yang sedih yah ballad. 

Album keenam ini merupakan album pelepasan bagi leader mereka yang sebentar lagi menjalani kewajibannya sebagai warga negara Korea yang disebut 'Wajib Militer' atau orang bilang Wamil. Sekaligus comeback nya Kangin yang sempat ga beraktifitas bareng suju karena wamil. Jadi pasti bakal seru!!

Gimana~ makin penasaran kan??
Sabar ya soalnya Album ini keluar 1 July 2012 mendatang pukul 00:00 Korea time. OK!
Sekian dulu, terimakasih sudah membaca ^^ 
Annyeong!! :D

source: SM town Facebook, dan berbagai sumber.

Rabu, 29 Februari 2012

Tanpa kata

chingu, readers...
ini cerpen nyata kisah tentang Ia (panggilan admin) pada beberapa waktu silam. sudah pernah admin post sih, tapi blog yang itu udah nggak dipakai~ makanya admin post lagi..
ini kisah th 2007 lalu, yang g pernah bisa admin lupakan~
>>>>>>
happy reading yah~



Tanpa Kata
By : Tria Marta Gusnisa, 2007

Air mataku mengalir tanpa hambatan. Di hadapanku ada seseorang yang sangat baik dan sopan. Dia diam tanpa suara, tanpa senyuman, tanpa tawa, tanpa lirikan, dan tanpa gerakan. Terbaring manis menunjukkan pose tidurnya yang dia pikir keren.
“Apa yang terjadi padamu?” tanyaku lirih hampir tak terdengar.
****
“Putra! pinjam pena.” pintaku dengan lembut.
“Oh, silakan.” Sambil menyerahkan pena. Aku mengambil pena itu sambil tersenyum manis, dia pun tersenyum padaku. Senyum manisku tiba-tiba berubah. Aku mengangkat pena biru itu lalu menghempaskannya ke lantai.
“Oeh, apa-apaan nih?”
“Heh, ini salahmu!”
“Apa?”
“Kamu ikut mengolok-olok aku tadi, bukan?”
“Ya! tapi bukan aku saja yang begitu”
Mmm kau jahat!”
“Tria!” teriaknya saat aku keluar.
“Triiiiiiiing!” lonceng istirahat berdering sudah. Mengakhiri pertengkaranku dengan Putra, lelaki yang sebenarnya aku kagumi kelembutan hatinya. Perlahan kelembutan hati lelaki itu merubahnya. Perasaan itu kini makin sesak di dada.

Di Pagi hari aku telah disibukkan dengan alat-alat memasak. Aku harus menenteng wajan dan panci sendirian ke sekolah. Tapi bagiku itu tidak masalah. Dengan jarak rumah yang tidak lebih dari 5 meter, aku dapat membawanya dengan santai. Aku melangkah penuh percaya diri menuju dapur sekolah yang berada di ujung koridor.
Aku masuk, teman sekelompokku telah menunggu di depan meja hidangan. Mataku langsung tertuju pada lelaki yang berdiri tegap dengan senyum yang terukir di wajahnya, Putra. Akhirnya aku dapat membalas senyumannya walupun hati ini rasa akan meledak.
Mmm sekarang lakukan bagian masing-masing. Tria, kamu bagian memanggang dengan Putra.” Kata ketua kelompok dengan tegas. Kami melangkah keluar lalu memanggang ikan di tanah bekas adukan semen. Aku duduk santai sambil menyalakan api.
“Putra sering masak di rumah?”
“Ah, hanya nasi goreng.” Jawabnya malu-malu.
“oh... Jadi ini pertama kalinya memanggang ikan?”
“Ya.” jawabnya sambil mengangguk.
“eh, tidakkah kamu khawatir. Kita terlalu jauh dari mereka loh!”
Mmm biarkan saja. Toh ada kamu. Bagiku kamu saja sudah cukup. Haha” Putra tersenyum melirikku. Aku mengalihkan pandanganku ke bawah.
Hmm lumayan.” Kataku kemudian.
“Apanya?”
“Duar” suara ledakan itu mengalihkan perhatian kami. “Duar” sekali lagi suara itu ternyata berasal tempurung yang kami bakar. Kami hanya diam dan memperhatikan. Ledakan kembali terjadi, kali ini mengenai Putra. Aku panik, siswa telah berdatangan. Aku dan Putra segera mengambil air dan memadamkan apinya.
Setelah api padam, siswa yang semulanya ada di tempat itu pun menghilang. Aku melihat ke arah Putra. Sejenak kami terdiam satu sama lain. Beberapa detik kemudian kami tertawa terbahak-bahak.
“Bagaimana bisa meledak?”
Ntahlah.”
“Putra tangannya...?”
“Ah, sudahlah.” Jawabnya santai.
“Sudahlah kita goreng saja ikannya!” tambahnya.
Kami meninggalkan bara api yang sudah padam itu kemudian kembali ke dapur. Namun, aku tak menemukan seorangpun di sana. Aku berlari menuju laboratorium IPA yang saat itu dijadikan ruang makan. Dari kejauhan aku dapat melihat semua siswa telah selesai makan. Aku menunduk kesal.
“Yah, habis. Kita tidak bisa makan berdua deh.”
“Bisa!” kataku spontan saja.
“Maksudku kita berdua tidak ikut makan bersama, hehe.”
“Hehe” aku tertawa menahan malu.
Siang itu dilanjutkan dengan pertandingan olahraga antar kelas. Putra yang saat itu bermain sepak bola sesekali melirik dan tersenyum padaku. Sejenak terlintas dipikaranku bahwa Putra menaruh hati padaku. Cepat-cepat aku buang jauh pikiran itu dan kembali menikmati menonton pertandingan yang hampir usai ini. Aku tetap bahagia meskipun kelasku tidak memenangkan pertandingan.

Hari ini Idul Adha. Aku dan temanku, Rati pergi ke Benai Kecil dengan mengendarai sepeda motornya. Aku melihat ke langit. Langit begitu cerah tapi terik matahari tidak mampu menyentuh kulitku. Keadan langit begitu aneh, namun aku tidak mempedulikannya lagi. Yang ada di benakku hanya Putra dan Putra.
Tiba-tiba Rati menghentikan sepeda motornya. Aku sedikit terdorong kedepan.
“Kenapa?”
“Ada telepon.” Jawabnya sembari mengambil Handphone di saku belakang celananya.
Sementara Rati mengangkat telepon aku menyempatkan diri melihat sawah dari kejauhan. Hijaunya padi menyejukkan mata yang melihat. Tiba-tiba saja sebuah sepeda motor berhenti dan menghalangi pandanganku. Perempuan itu melambaikan tangannya. Rati yang selesai menelpon langsung mengajakku pergi meninggalkan perempuan yang ternyata teman sekelasku.
“Kenapa, Ti?”
Rati tidak menjawab maupun menoleh. Aku semakin bingung. Sepanjang perjalanan aku hanya menanyakan itu saja. Tapi Rati tidak pernah mau menjawab.
“Perasaanku tidak enak. Kita pulang yuk!”
Rati tidak menghiraukan permintaanku, dia menghentikan sepeda motornya tak jauh dari bengkel tua di benai. Dari jarak yang tidak terlalu jauh, aku dapat melihat kerumunan orang di depan bengkel tua itu. Rati menarik tanganku lalu kami berlari menuju kerumunan orang itu.
Air mataku menaglir dengan mudahnya. Menatap jalan yang penuh dengan kerumunan orang. Dari sela-sela keramaian itu dapat kulihat darah yang tergenang di aspal. Aku semakin takut dan cemas. Rati membawaku keluar dari kerumunan itu.
“Si..Siapa?” tanyaku gugup.
“Pu...tra.” katanya sambil menangis.
*****
 gimana? kacau yah bahasanya... maklum aja ya admin baru belajar.

untuk Putra, smpai sekarang admin nggak bisa menyingkirkannya dari hati Ia T.T
ah~ dia juga yg membuatku menyukai Naruto...
ok deh, Gomawoyo sudah membacanya....

Rabu, 22 Februari 2012

Street Dance 3D


Vertigo films release a new film in 2010 that different with other film. Direct by Max and Dania this film act by Nichola Burley, Richard Winsor, and Ukwel roach with differenmembership. In this film, they are acting like a good dancer. Yeah, this film tells the story about dance.
A street dance team, Jay-20 get break because the leader Jay (Ukwel Roach) left the team and come to be a member of The Surge team for win the England Champion. Carly (Nichola Burley) can’t accept that and try to go forwardwithout Jay, but they can’t and give up. Then, Helena (Charlotte Rampling) come to help Carly and offers her a ballet team to follow her team. With Thomas (Richard Winsor) and friends, Carly try to win the England Champion.Can they mix smoothly dance like ballet with heavy dance like street dance and win the champion?
You just can find the good combination of dance in Street Dance 3D film. The dance is an excellent dance you ever see. This film is far from boring. The music is unique while allied with themovement. Unfortunately, this filmcan’t watch by children, because there are many adult scenes in this film and it can be dangerous.
This film is competent to watch, and surely for a dancer. But do not watch this film with a people under 17 years old. Invite your adult friends or your dancer team maybe to watch this film. Then, you can find what the power of this film.

Minggu, 22 Januari 2012

Saat-saat Latihan

Banyak cerita saat latihan...
aku pernah menagis, tertawa, kesal, dan tersenyum karena mereka,
Yah, yang sangat aku sukai adalah melihat mereka tersenyum & tertawa, yang paling membuatku sakit adalah saat melihat mereka kelelahan & sakit, saat-saat yang paling membuatku kacau adalah saat memikirkan mereka...
Ya Allah, kapan aku bisa seperti ini dengan Feromon? kapan lagi dengan mereka?
Dongsang (adik), Hyung (panggilan pada beberapa orang yang penting di hidupku) mianhae (maaf), kalian pasti lelah...
aku pasti akan merindukan saat-saat ini... kuharap kalian juga. hahaha... tak mungkin ya, kalian pasti takkan merindukan saat kalian harus tidur malam-malam karena masih ada tugas untuk dikerjakan, menghapal pelajaran yang besok akan diulangkan. mengingat subuh yang habis untuk tidur... 
Yah, kalian pasti menderita~
Tapi bagiku, saat subuh yang kuhabiskan untuk tidur kadang malah tak terbangun, tiap hari tidur lewat tengah malam karena tugas dan ulangan menanti, kadang tidur saat pelajaran berlangsung, dan saat TO pun aku tak mampu menahannya untuk tidak tidur~ 
tak perlu dibilang apa yang kupinta saat berdoa...
jinja, ini mengesankan.
Terima kasih, Gamsahamnida untuk kalian yang telah meluangkan waktu untuk ini, memberi kesan dalam hidupku, aku pun telah menulis kalian dalam diari hidupku ^^
Hyung-hyungku kalian telah memberiku semangat dan tumpuan saat aku benar-benar butuh. Aku ingin melihat senyum kalian...
Reader, terima kasih. ini hanya curahan hatikyu yang sama sekali tak harus kalian baca. terima kasih jika kalian mengerti. aku hanya ingin semua tahu sebenarnya isi hatiku... tak tahu lagi bagaimana caranya, mau bilang langsung (haaah~ pasti susah)

Oh, congratulation buat adik-adikku kalian mendapat hasil yang keren sesuai dengan usaha kalian selama ini... ^^

Sabtu, 21 Januari 2012

Untuk.... Seonchan

Cerita Kebohonganku


Cahaya bulan masuk kekamarku dari jendela yang aku buka lebar. Aku hanya menatap buku yang terkena cahaya bulan enggan menyentuhnya. Udara kamarku panas dan pengap memaksa keringatku keluar menambah kebosananku berada di dalam kamar. Sepi, kamarku memang terletak di ujung asrama sekolah ini. Aku beranjak menarik jaket dan jilbabku kemudian memakainya sambil berjalan berharap menemukan obat bosan.
“Laptop.” ucapku lirih sambil terus menuruni tangga. “Biasanya ada… Seonchan!” terpaku, tubuhku langsung terhenyak melihat seseorang yang tersenyum mirip dengan Seonchan Idolaku. Aku berjalan menjauh tanpa menoleh ke arahnya kakiku berjalan menelusuri setap anak tangga menuju perpus lantai 2. Aku menghentikan langkahku  pikiranku berkecamuk. Aku menyadari kesalahanku, hanya saja aku tak dapat merelakannya.
*****
Kakiku melangkah cepat ke arah musolah, bukan karena terlambat, tetapi karena aku ingin melihat pria itu lebih lama dari biasanya. Entah sejak kapan aku sering memperhatikannya, mungkin karena aku baru menyadari kemiripannya dengan Seonchan. Aku menoleh kesamping, kudapati seorang gadis imut karena pipinya yang bulat.
“Hyung, masih sixpack perutmu?” ledekku. Dia hanya tersenyum masam. Aku terkekeh.
“Kau ini!” katanya kemudian.
“Hyung perhatikan anak itu. Dia, mirip dengan Seonchan. Ehm, itu hanya menurutku saja.” ungkapku saat menunjuk adik kelas kesayanganku.
“Ha, Edo derian?” aku mengangguk. “Hm… benar juga, kalau kuperhatikan memang mirip. Benar, mereka mirip!” katanya pada akhirnya. Aku hanya tersenyum sambil terus memperhatikan tingkah lelaki bernama Edo derian itu. Dia lucu sekali. >///<
Aku bertanya pada semua hyung-hyungku tentang dia dan Seonchan. Aku masih tidak percaya dan tidak yakin dengan pendapatku. Semuanya berkata mirip, membuat aku semakin yakin untuk mendekatinya. Suatu malam aku benar-benar melakukannya.
“Do, kakak ini mau bicara.” ucap Viona membantuku.
“Apa kak?” dia berjalan mendekat. Langkahnya lebih lambat dari pada ritme jantungku saat ini. Aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaannya. Percakapan yang singkat namun berarti bagiku.
*****
Kemudian aku mulai bercerita pada hyungku yang sebenarnya dongsaengku. Dia Cloud yang kocak dengan tingkahnya yang senantiasa membuat aku menggeleng-gelengkan kepala.
“Baca ini, akan aku berikan padanya.” Kata Zilla hyung sambil menyodorkan selembar kertas padaku.
“Terserah saja.” jawabku merasa tak terlibat.
Zilla menerima balasan surat itu kemudian memberikannya padaku. Tulisannya rapi untuk ukuran lelaki seperti dia, tinta biru, dan ada RS dibelakangnya. Aku menahan senyumku di depan Zilla hyung sambil berlalu membawa kertas itu.
Surat berikutnya telah siap terlihat dari Zilla hyung yang menenteng benda itu sambil berjalan mendekatiku.
“Myeo, berikan foto Seonchan padaku.” perintahnya.
“Buat apa? Ani, aku hanya punya satu itu pun kertas biasa.” tolakku cepat.
“Untuk Echan (sebutan untuknya di dapat dari gabungan nama Edo dan Seonchan). Ayolah, tunjukkan padanya seperti apa Seonchan itu.”
“Aish… Ini!” aku menyerahkan foto Seonchan dengan berat hati. Zilla hyung tersenyum puas.
Dua hari berlalu dia tak kunjung membalas surat dari Zilla hyung. Kami pun sudah bosan menunggu terlebih lagi Zilla hyung terhadap sikap Echan yang terkesan takut pada hyung. Dia lebih memilih mundur dan tak lagi ingin melanjutkan permainan ini.
Malam ini malam sabtu, aku keluar bersama Zilla, Noa dan Aika hyung. Tiba-tiba dari arah seberang seseorang berjalan kearah kami dan mengambil Aika hyung, jelas saja dia pacar Aika hyung. Aku dan dua orang hyungku kembali  berjalan keluar kantin. Begitu keluar, mataku langsung tertuju pada pria berpakaian serba hitam yang berjalan melintasi kami. Jalannya benar-benar mirip, caranya berpakaian malam ini mirip Seonchan di sebuah acara. Melihatnya saja sudah membuatku kacau begini. Cepat-cepat aku beranjak dan mengajak kedua hyungku itu duduk.
“Edo, come here!” sialnya Zilla hyung malah memanggilnya.
“Apa kak?” kataya begitu datang dan duduk disampingku.
Tuhan tolong aku” jerit hatiku. Rasanya muka ini sudah panas. Dapat kulihat dari ekor mataku Noa hyung tersenyum melihat tingkahku. Aku lebih gugup lagi menghadapi Noa saat itu.
“Mengapa tak kau balas?” tanya Zilla tanpa basa basi.
“Tangan Edo sakit, kak.” Echan menjawab takut-takut.
“sakit apanya?” tanya Zilla hyung sinis. Aku hanya tersenyum melihatnya marah pada Echan, terasa aneh jika dia tak marah-marah begitu pada Echan, padahal pada orang lain dia tak pernah seperti itu.
“Bengkak, kemarin jatuh saat bermain bola.” jawab Echan penuh pembelaan.
“Oh, bagaimana apa fotonya, benar mirip, kan?”
“Ini, sama sekali tidak mirip kak!” katanya saat mengamati foto Seonchan yang di keluarkan dari dompetnya.
“Hm… yang ini memang kurang mirip. Tapi kalian memang mirip!” ucap Zilla penuh penegasan. Kami hanya mengangguk-angguk. Kemudian, Aku berpaling melihat Noa hyung berbicara denga yusra adiknya. Tampaknya pembicaraannya serius.
Sedangkan Zilla hyung diganggu oleh Roni, adik kelas kami. Namun, aku dan dia hanya diam sesekali dia tersenyum oleh kedua percakapan itu. Rubik, itulah yang selalu dimainkannya kalau saja bisa, sudah kumakan barang kubus itu. Dia mengacuhkanku dan sibuk dengan rubiknya, gilanya juga sama dengan Seonchan kalau sudah berurusan dengan PSP. (Pease Seonchan Oppa , Echan!!! Jebal~)
Bebrapa hari berlalu, aku kembali teringat perkataan dongahe beberapa waktu lalu.
“Jadi menurut hyung, aku suka padanya?”
“Hm… mungkin seperti itu. Bagaimana ya? Begini saat kau bertemu dengannya kau tersa beda Myeo, terlihat dari caramu menatapnya.” jelas Noa hyung saat memberi servise.
“Haha, hyung! Aku hanya canggung saja. Begini, saat aku bersamamu rasanya sama saat aku bersama dia. Apa itu artinya aku juga suka denganmu hyung?” elakku.
“Aish… jangan sampai!” katanya jijik. Aku terkekeh melihat tingkahnya.
Bagaimana jika yang dia katakan itu benar, itu tidak boleh. Hatiku menolak pernyataan itu. Aku mencoba memastikan hatiku, “ajak dia bermain raket” hatiku berbicara. Segera aku mencari Rara temanku dia bisa membantuku untuk memanggilkan Echan.
“baiklah, tapi traktir.” tawarnya.
“Gampanglah, yang penting dia mau.” ucapku ringan.
Segera Rara memanggil Echan. Entah mengapa aku sama sekali tak berani memanggilnya. Begitu Echan menyeujui 10.000 ku melayang di tangan Rara.
“Tapi, di sana banyak orang main.”
“Lalu?”
“Edo nggak bisa main.” katanya dengan malas.
“Tak apa, ayolah.” paksaku.
“Hm… baiklah.” katanya akhirnya setuju. Dia berjalan mendahuluiku.
“begini saja?” tanyaku tak yakin dengan penampilannya.
“Ya.” jawabnya santai. Aku melangkah sambil menggeleng-gelngkan kepalaku. Aku tak percaya sekarang aku berjalan disampingnya hanya berdua, sebentar lagi aku akan bermain dengannnya. Namun…
“Apa orang bilang, nggak percaya.” ungkapnya. “Tega sekali kau berbicara begitu, aku ini sunbaemu!” namun tak kukemukakan.
“Yah~” aku  menghela napas.
“Lalu bagaimana?” tanyanya santai. “Sirreo, sirreo! Aku tak mau membuang kesempatan ini, kapan lagi? Aku akan sibuk bimbingan.” aku berpikir sejenak.
“Kakak bosan diasrama.” kataku lirih namun dapat didengar.
“Baiklah, kita jalan saja.” katanya sambil berjalan. Aku tersenyum sambil membelakanginya. “Aduh, aku sungguh agresif kalau dengannya. Bodoh! Tapi tak apa-apalah, gamenya asyik.” sesalku.
Berbagai cerita yang kami kemukakan, dia tersenyum, cemberut, tertawa, heran, dingin dan banyak lagi. Hari ini aku melihat berbagai expresinya dari air mukanya yang datar sehari-hari, saat itu aku tak ingin mengalihkan sedetikpun mataku darinya, apalagi gerimis mengelilingi kami menambah serunya hari ini.
*****
Ini semakin mengasyikkan, aku tak berniat sedikitpun untuk memberitahukan identitasku yang sebenarnya pada Echan. Aku sebagai Myeo dan Seonchan Lovers. Hari ini aku meulis sendiri surat untuknya, tertanda Seonchan Lovers begitu kataku aku sebagai Myeo harus memberikan surat dari Seonchan Lovers ini. “ini menjijikkan, apa sih yang kulakukan?” aku menggeleng-geleng sendiri, namun aku penasaran dengan tanggapannya terhadap surat ini.
Beberapa hari berikutnya surat balasan telah ditanganku. Aku membawanya ke kamar. Begitu sampa di kamar aku melempar tasku ke sembarang tempat dan menghampiri kasurku tanpa peduli pada penghuni kama ini. Aku langsung membuka surat itu dan membacanya dengan seksama.
“Dia balas apa?” tanya Hyera hyung teman sekamarku yang sedari tadi menatap apa yang kulakukan. Aku diam sejenak.
“Dia… baik sekali.” kataku setelah lama terdiam. “Ini diluar dugaanku, mbak.” jawabku tanpa mengalihkan pandanganku dari surat itu. Hyera hyung menggeleng-geleng.
“Kamu tuh jangan mainin orang seperti itu lah.” bahasa slengnya keluar.
“Ya, tapi aku sudah terlanjur, mbak. Awalnya juga nggak ada niat.” aku menatapnya.
“Ya sudah. Sekarang  beritahu dia yang sebenarnya.”
“Kalau dia menjauh bagaimana? Tapi itu memang sudah menjadi konskuensi.” aku mengalihkan pandanganku ke luar ruangan.
“Terserahlah, aku tak ikut-ikut.” wanita modis itu kembali focus pada pekerjaannya. Aku tak mengubris perkataanya lagi.
Aku berpikir sepanjang malam, hingga pagi, hingga malam lagi. Hanya satu yang kudapat “saat aku memberitahukan dia kebenaran ini, aku harus terima apapun keputusannya.” Sudah kuputuskan malam ini akan kutemui dia. Aku berjalan ke asrama putra sambil tertunduk. Aku memanggilnya dan dia turun menemuiku. Dapat kurasakan auranya yang kini telah berada dihadapanku.
“Ada apa?” tanya Echan singkat. Aku menoleh padanya sebentar kemudian kembali menunduk. “Ada apa, tidak seperti biasanya akhir-akhir ini kakak terlihat tak bersemangat?” tanyanya. Aku terkejut mendengar kata-katanya, namun ekspresiku tertahan oleh kebimbangan yang memenuhi otakku saat ini.
“Kakak mau minta tolong.” ungkapku yang sedari tadi hanya terdiam.
“Minta tolong apa?”
“Apa besok ada ulangan atau PA?” tanyaku basa-basi, sebenarnya telah kutanyakan pada teman sekelasanya dan kupastikan dia tidak ada ulangan atau PA.
“Tidak ada.” jawabnya.
“Sebaiknya tidak di sini. Di kelas saja.” ucapku sambil berjalan. Dia mengikutiku dari belakang.
“Ada apa sih, kak?” tanyanya duluan saat kami telah sampai. Aku hanya diam mencari posisi di kelas. Aku dan dia duduk berhadapan. Dengan ragu-ragu aku mengangkat mukaku.
“Boleh kakak menangis?” tanyaku seraya menutup mukaku dengan kedua tangan. “ya Allah, bagaimana caranya aku mengatakan ini padanya?” aku menangis saja. “Aish, kenapa juga aku menangis? Tapi jeongmal tak tahan lagi!” Setelah beberapa lama, aku mengusap air mataku dan mengangkat mukaku sambil tersenyum malu padanya.
“kakak kenapa?” dia melontarkan pertanyaan.
“Ntah, kakak juga tak tahu kenapa kakak menangis.” kami saling diam. “Sebenarnya kakak bingung dengan….” percakapan itu berlanjut beberapa jam kedepan. Dimataku dia lebih dewasa dibandingkan aku. Caranya mengungkapkan sesuatu berbeda, bagai seorang psikolog dia mengobati hatiku yang beku. Hatiku yang saat itu bimbang denga rinduku yang sangat pada Papa dan Mama. Tak kalah pentingnya, penyesalanku yang tak mampu aku pendam lagi tentang sahabatku yang menurutku sempurna sebagai sahabat. Sebenarnya aku mendatangi dia pun karena aku bingung hendak bercerita pada siapa. Akhirnya hanya itu yang keluar, pengakuan itu pun hilang sering responnya yang membuatku tertegun. “Maafkan aku chingu” sesalku.
*****
Beberapa minggu berlalu, hari ini aku latihan Karate sepertinya kami latihan fisik, karena injak-injak perut gitu. Aku memilih barisan belakan dan alhasil aku tak dapat pasangan. Echan, aku gugup saat dia berjalan mendekat karena dialah pasanganku kali ini. “jeongmaliya~” berbagai macam latihan mulai dari sit up sampai yang aku tak tahu apa namanya ^.^ hehe… banyak yang terjadi namun yah, “Pendeknya…” kata itu terus berputar di otakku . “Aish…dasar!” kesalku.
1 muharam, kami merayakannya dengan berbagai macam perlombaan. Jinja~ dia main drama. Sepanjang acara kameraku tak beralih darinya. Aku punya misi baru yaitu menjadi stalker dan mengambil foto-foto dirinya. Aku memang telah memperlakukannya selayaknya dia sebagai Seonchan Oppa. Ceritanya sama lagi dengan Seonchan Oppa, kecelakaan dan hampir mati. Mirip lagi.
*****
 “Hyung, aku harus memberi tahukan padanya sekarang.”
“Ya, kau harus melakukannya. Dia pernah mengatakan ‘Jadi kalian asyik dengan Edo karena Edo mirip dengan Seonchan?’ hyung lihat dia benar-benar marah.” Zilla hyung mendeskripsikan plus ekspresi lebainya.
“Benarkah? hm… ya dia baik sekali. Aku ini benar-benar bodoh.”
“Bicaralah pelan-pelann padanya, hyung rasa dia akan mengerti.” sarannya.
“Tapi aku kacau sekali kalau bicara. Aku ingin membuatkannya cerpen.” kataku mantap.
“Apa? Kau ini aneh…” kembali dia mengatakan itu padaku.
“Aku hanya ingin dia tahu semuanya.” kataku disertai kekehannya. Aku hanya melihatnya heran. Dia menarik tanganku dan  kami pun kembali ke asrama.
Aku menatap Aika hyung teman baik yang kuceritakan pada Echan waktu itu. Sperti biasa, dia tetap kelihatan cantik walau tanpa lukisan diwajahnya. Aroma khasnya tercium saat dia mendekat padaku.
“You have tell him the truth.” ucapnya sambil tersenyum padaku. Aku mengangguk lalu mengalihkan pandanganku pada Echan. Belakangan dia terlihat lebih mirip dengan Seonchan Oppa karna rambutnya yang sedikit lebih panjang. Aku menutup kedua mataku “Aku harus bisa menghilangkan image Seonchan Oppa padanya.” Batinku menegaskan.
*****
Aku mendekati sosok yang kusebut Echan itu dengan penuh keyakinan. Aku menjauhkannya dari keramaian. Aku tak langsung mengatakan maksudku padanya, aku terlalu gugup. Dia hanya diam. Aku pun diam, ingin sekali aku menatap wajahnya sekarang namun itu terlalu berani bagiku. Tapi, ini latihan terakhirku, ini kali terakhir aku dapat seperti ini jika dia marah padanya. Aku takkan bisa melihat dengan leluasa ekspresi wajahnya yang mirip sekali dengan ekspres yang dipancarkan Seonchan oppa.
“Echan, mau membaca ini?” aku memberikan cerpen itu padanya. Dia menerimanya dan membacanya. Aku memperhatikan setiap  air mukanya yang berubah saat membaca. Kini aku serahkan padamu, maukah kau maafkan Ia?






Jeongmal mianhae… untuk Rikyu a.k.a Seonchan, endingnya ga' tepat... soalnya ini perkiraan. sekarang Rikyu sudah tahu kebenarannya~
Maafkan Ia

ditulis tangan : 31 des 2011